SALAWATI ISLAND
Melihat anak Burung Kasuari merupakan salah satu pengalaman menarik saat saya bekerja di Papua. Lokasi kerja saya bertempat di Pulau Salawati, Papua Barat. Pulau ini cukup luas dan berada tepat di kepala burung Pulau Papua. Sebelum menginjakkan kaki di Pulau Salawati, saya harus turun dari Bandar Udara Kota Sorong (Domine Eduard Osok). Kota ini konon merupakan pintu gerbangnya seluruh Papua. Terdiri dari multi etnis dan multi agama disini, dengan komposisi terbesar dari etnis bugis, makasar, maluku dan etnis-etnis lokal. Ada juga penduduk transmigran asal Jawa yang telah berada disini beberapa generasi. Kerukunan antar penduduk cukup baik dan hampir tak pernah ada keributan, sangat berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Gereja dan Masjid bersebelahan dengan rukun dan damai. Kota ini sungguh asri, bersih dan indah, meluas disepanjang pesisir pantai. Bagian belakang kota terdapat bukit-bukit yang cukup curam, tak heran kota ini berkembang memanjang mengikuti bibir pantai. Pantainya hijau biru bersih, ikan-ikan kecil tampak berenang ramai disekitar pelabuhan tempat saya akan menyeberang ke Pulau Salawati. Hanya satu hal yang kurang baik tentang Kota Sorong, yaitu pengidap HIV/AIDS yang cukup tinggi disini. Dianjurkan untuk tidak “JAJAN” sembarangan dan jangan lupa pakai pelindung.
Penyeberangan melalui pelabuhan Kota Sorong menuju Salawati memakan waktu sekitar dua jam perjalanan, melewati pulau-pulau kecil indah yang tak berpenghuni. Perahu-perahu penduduk setempat tak banyak melintas. Perairan disini benar-benar masih jauh dari jangkauan tangan-tangan manusia. Pelabuhan di Salawati tidak begitu besar, hanya untuk satu atau dua boat saja yang bisa berlabuh. Dari sini, saya harus menumpang mobil dan meneruskan perjalanan sekitar setengah jam untuk sampai di camp. Disini saya merasa sangat takjub, hampir tiga per empat dari Pulau Salawati ini terdiri dari Hutan Sagu. Pohon-pohon Sagu disini tumbuh liar tanpa ada yang menanam. Awalnya saya kira pohon-pohon tersebut sejenis palem-paleman setempat atau kelapa sawit karena bentuknya yang hampir sama. Tapi setelah saya tanya dengan rekan saya yang telah lama berada disini, itu adalah Pohon Sagu. Sungguh, ini benar-benar ladang emas. Sagu yang begini banyak tinggal tunggu panen saja, dibiarkan tumbuh liar tak terkendali. Tak ada yang mengklaim daerah itu, mungkin hanya sebagian kecil saja yang merupakan lahan penduduk lokal. Andai saja ada investor yang mau mendirikan pabrik pengolahan sagu disini, akan meraup keuntungan besar dan bisa membantu meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat dengan hasil sagu yang melimpah ruah begini. Setahu saya, penduduk lokal hanya mengolah sagu secara tradisional untuk keperluan sehari-hari mereka.
Sayang sekali, kunjungan saya kali ini tidak bertepatan dengan musim durian. Jangan sangka kalau durian banyak di pulau sumatera saja. Tahun lalu ketika saya bekerja disini bertepatan dengan musim durian. Sailolof adalah perkampungan kecil disalah satu sudut Pulau Salawati ini yang penduduknya menanam Pohon Durian. Mereka bukan penduduk asli pulau ini. Menurut pengakuan mereka, nenek moyang mereka yang berasal dari Maluku telah datang dan mendiami pulau ini cukup lama dan telah menanam banyak sekali Pohon Durian. Pernahkah terbayangkan berada di hutan durian yang dipenuhi dengan buah durian bergelantungan dimana-mana, dan terkadang terdengar bunyi booom keras pertanda ada durian jatuh. Menurut penduduk setempat, tak perlu takut jalan dibawah buah-buah matang tersebut jika hati kita bersih. Hanya orang sial dan celaka saja yang bisa tertimpa durian jatuh dan dipastikan orang itu berhati busuk. Percaya atau tidak, terserah anda yang menilai. Penduduk disini sangat ramah, mereka akan menyuguhkan hasil kebun mereka untuk disantap. Tak usah khawatir berapa yang harus kita bayar untuk durian yang mereka suguhkan. Semua gratis. Makan sepuasnya. Tapi tetap, sebagai rasa terimakasih kita harus memberi mereka uang. Dengan uang tiga puluh ribu saja kita akan diberi bonus oleh-oleh durian sekarung. Sanggupkah menghabiskan begitu banyak durian?
===============================================================================================
Yup ..... berikut sedikit tentang pulau salawati yang berada di paling ujung negara Indonesia yang berbentuk seperti kepala burung. Irian Jaya Papua Barat.
Kenapa tiba2 gw ngeposting tulisan ini???karena....Insya Allah mulai awal bulan depan, tepatnya awal bulan Mei, lelaki kesayangan gw a.k.a My lovely husband akan mencari nafkah di daerah sana. Jauh banget sih emang, menyebrangi 4 pulau sekaligus. Tp gpp demi masa depan keluarga kecil kita, gw ikhlas ngelepas si ayah mencari nafkah di sana. Mudah2han si ayah betah n cocok sm kerjaan barunya nanti. Mudah2han si ayah jg gak nakal di sana, hehe...
Positif thinking n let it flow aja lah. Insya ALLAH semuanya lancar, Amiiinn. Toh sistem kerja di sana gak terlalu ngeberattin. 2 minggu kerja full, after that 2 minggu libur, terus libur kelar, balik lagi ke papua, begitulah seterusnya.
Mudah2han pekerjaan baru ini membawa berkah buat keluarga kecil gw. Mudah2han juga merupakan titik awal masa depan yg cerah buat kal el n adik2nya nanti, hehe...amin amin
0 comments:
Posting Komentar